Minggu, 21 September 2014

Filsafat Third Day ~

Hai-hai buat para pembaca setia blog ini :D

Terima kasih sebelumnya karena kalian masih setia membaca blog ini, Tuhan memberkati.
Pada kesempatan kali ini, saya mau berbagi info lagi nih. Pada pertemuan ketiga di blok Filsafat tentang Epistemologi dan Kebenaran.


Sesi pertama membahas tentang Epistemologi. Epistemologi memiliki arti dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu). Epistemologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan.
Epistemologi merupakan teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia.

Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya:
1. Metode induktif
2. Metode deduktif
3. Metode positivism
4. Metode kontemplatis
5. Metode dialektis

Dalam epistemologi terdapat metode-metode yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu:

  1. Empirisme.
    Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. Bapak empirisme Britania, John Locke, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut.
  2. Rasionalisme.
    Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
  3. Fenomenalisme.
    Sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon).

Sifat Epistemologi:

  • Secara kritis mempertanyakan/menguji cara kerja, pendekatan, kesimpulan yang ditarik dalam kegiatan kognitif manusia
  • Secara normatif menentukan tolok ukur/norma penalaran tentang kebenaran pengetahuan
  • Secara evaluatif menilai apakah suatu keyakinan, pendapat suatu teori pengetahuan dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin kebenarannya secara logis dan akurat
KEBENARAN
Kebenaran sebagai sifat pengetahuan disebut kebenaran epistemologis. Secara umum kebenaran biasanya dimengerti sebagai kesesuaian antara apa yang dipirkan dan atau dinyatakan dengan kenyataan yang sesungguhnya. Suatu pengetahuan atau pernyataan di sebut benar jika sesuai dengan kenyataan.
Pengertian Plato tentang kebenaran secara etimologi “alètheia” berarti
“ketaktersembunyian adanya” atau “ketersingkapan adanya”

Menurut Plato bahwa selama kita terikat pada “yang ada” dan tidak masuk pada “adanya dari yang ada”, kita belum berjumpa dengan kebenaran, karena “adanya” itu masih tersembunyi.
Baru ketika selubung yang menutupi itu “semua yang ada” itu disingkapkan sehingga terlihat oleh mata batin kita, maka terbukalah “adanya” atau bertemulah kita dengan kebenaran. Berbeda dengan Plato, Aristoteles dalam memahami kebenaran lebih memusatkan perhatian pada kualitas pernyataan yang dibuat oleh subyek penahu ketika dirinya menegaskan suatu putusan entah secara afirmatif atau negatif.

Ada tidaknya kebenaran dalam putusan yang bersangkutan bersifat afirmatif (menegaskan atau menguatkan) (S itu P) atau negatif (S itu bukan P) itu tergantung pada apakah putusan yang bersangkutan sebagai pengetahuan dalam diri subyek penahu itu sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan.
Dalam hal ini kebenaran dimengerti sebagai kesesuaian antara sunyek si pehanu dengan obyek yang diketahui

Dalam kebenaran terdapat lima teori kebenaran beserta paparannya yaitu sebagai berikut:

  1. Teori kebenaran korespondensi
    Kebenaran akan terjadi apabila subjek yakin bahwa objek sesuai dengan kenyataannya
    Sifat kebenaran korespondensi: Subyektif
    Contoh: Saya melihat mobil berwarna merah dan kenyataannya mobil itu memang berwarna merah.
  2. Teori kebenaran koherensi
    Kebenaran akan terjadi apabila ada kesesuaian pendapat dari beberapa subjek terhadap objek
    Sifat kebenaran koherensi: objektif
    Contoh: Beberapa dokter merasa yakin dan benar bahwa penyakit pasien itu disebabkan keracunan makanan.

  3. Teori kebenaran pragmatik
    Kebenaran akan terjadi apabila sesuatu memiliki kegunaannya
    Contoh: AC berguna untuk mendinginkan suhu ruangan.

  4. Teori kebenaran konsensus
    Kebenaran konsensus akan terjadi apabila ada kesepakatan yang disertai alasan tertentu
    Contoh: Beberapa dokter yang menangani Bapak Gubernur sepakat bahwa pasien harus dioperasi secepatnya karena penyakit usus buntunya sudah parah.
  5. Teori kebenaran semantik
    Kebenaran semantik akan terjadi apabila orang mengetahui dengan tepat tentang arti suatu kata
    Contoh: Saya dapat memahami dengan benar dan tepat tulisan di Jurnal Wacana mengenai hubungan masyarakat dengan lingkungan sosial budaya
Kebenaran nalar adalah kebenaran yang bersifat tautologis (pengulangan gagasan) dan tidak menambah pengetahuan baru mengenai dunia, tetapi dapat menjadi sarana yang berdaya guna untuk memperoleh pengatahuan yang benar tentang dunia ini. Kebenaran nalar dapat membantu untuk memperoleh kebenaran faktual. Kebenaran nalar sebagai kebenaran yang terdapat dalam logika dan matematika. Kebenarannya di dasarkan pada penyimpulan deduktif.

Kedudukan Kebenaran:

  • Kedudukan kebenaran pengetahuan dalam pandangan Platonis lebih diletakkan dalam obyek atau kenyataan yang diketahui. sedangkan Aristotelian dalam subyek yang mengetahui.

  • Kedudukan kebenaran dalam tradisi Aristotelian lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
  • Dalam kenyataan hidup sehari-hari pernyataan-pernyataan yang dianggap benar , walaupun memang menjadi tempat kedudukan kebenaran, namun hal itu hanya terjadi apabila kenyataan yang sesungguhnya tersingkap di dalamnya.

9 komentar:

  1. keren nih. bagus juga postingannya. kasih 85 deh

    BalasHapus
  2. Lebih semangatt nulis blognyaaa.. 90 deh nilainya :D

    BalasHapus
  3. 87 ya nilainya, dilengkapin dengan kreasi menarik ya hehe

    BalasHapus
  4. bagus dar blognya, keep on posting ya. dapet nilai 88 :D

    BalasHapus
  5. Lengkap blog lu. Keren mantep? Smangat trus yaaaaa 85 :)))

    BalasHapus
  6. Baguss darieenn :D
    postnya lengkap tapi ga bikin bingung bacanyaa
    gw kasi 88 buat blognya daieen deeh

    BalasHapus